Monday, April 14, 2014

Hujan Malam.

Hujan terus berlangsung tak tahu kapan usai. Suara langkah kaki begitu mendominasi perjalanan menuju rumah. Satu dua mobil melaju tanpa menghiraukan keberadaan saya. Saya fokus terus melangkah hingga batang rokok terakhir, patah. Patah layaknya harapan diri ini menuju keputusasaan yang kekal. Derasnya hujan menghujam badan, jiwa dan raga tak mampu menghilangkan perasaan patah ini.
"Ah inginya diriku merasakan siraman air panas dan secangkir teh panas yang tersaji di meja berhadapan dengan perapian yang akan menghangatkan diri dan batin!"
 Namun itu hanya ilusi. Rumah sudah terlupa apa artinya.  Hingga kini definisi dari kata rumah hanyalah itu yang bisa mendeskripsikan di otak saya.

Rumah saja sudah terlupa apalagi wanita. Wanita yang saya kenal sama saja dan belum mendapatkan yang benar benar sempurna secara gramatikal maupun kebatinan. Hanya sebuah hal yang sia - sia apabila memikirkan makhluk tersebut. 

Kembali saya fokuskan diri untuk berjalan dan mencari penampungan terdekat dari tempat saya berjalan. namun saya putuskan untuk berjalan melawan arah dari keramaian. Saya inginkan sebuah tenda dengan perapian di tengah hutan yang hanya bersuarakan serangga di malam dan burung di pagi hari. Menangkap momen dengan kamera ini, memperlihatkan hasilnya kepada dunia dan ras manusia bahwa dunia tidak seindah putaran film ataupun bait dari sebuah lagu.

Optimisme yang hingga kini hilang akan kembali muncul dengan semangat dan keyakinan. Namun entah kapan saya akan menemukan semangat dan yakin akan hal tersebut. Hari - hari terus berjalan dengan ketakutan di depan mata. Masa Depan Suram adalah hal yang sangat tabu dalam pikiran dan jiwa ini.

Semoga saja pencerahan bukan hanya bualan dongeng pengantar tidur siang saja. semoga itu merupakan fakta yang telah di uji secara empirik dan melalui kajian akademis. 
Amin.


No comments:

Post a Comment